-->
Iklan

Kamis, 13 November 2014

Kisah Sukses Isto Suwarno Budidaya Buah Kelengkeng

Kisah Sukses Isto Suwarno Budidaya Buah Kelengkeng
Kisah Sukses Isto Suwarno Budidaya Buah Kelengkeng - Kenangan akan dua pohon kelengkeng di depan rumah, yang mengantarkannya meraih gelar sarjana, menumbuhkan mimpi di benak Isto Suwarno untuk memiliki kebun kelengkeng sendiri. Puluhan tahun kemudian, pria yang lahir di sentra kelengkeng, Bandungan, Ambarawa ini, mewujudkan mimpinya. Bukan hanya memiliki kebun kelengkeng, Isto menjadi pembudidaya terkenal dari Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.

Setiap hari, banyak orang yang datang berkunjung ke kebunnya, Telaga Nursery. Selain berbudidaya berbagai tanaman buah, Isto juga menyulap kebunnya menjadi salah satu destinasi wisata. Buah nan lebat, penataan kebun yang rapi, dan keramahan Isto menjadi daya tarik orang dari berbagai penjuru untuk menyambangi Telaga Nursery. Bahkan, tak segan, Isto menjemput tamunya langsung dari Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. “Saya benar-benar ingin memperlakukan mereka sebagai raja,” jelas ayah dari tiga anak ini.


Boleh jadi, Isto tak pernah membayangkan mencapai keberhasilan seperti saat ini. Saat memulai usaha hortikultura 10 tahun silam, dia hanya berniat menyiapkan bekal untuk masa pensiunnya dari sebuah BUMN. “Jadi, jauh-jauh hari sudah harus punya usaha karena kerja di BUMN hanya mendapat pesangon,” kenang pria yang November nanti genap berusia 56 tahun ini.

Dari sejumlah usaha yang pernah ia geluti, Isto memilih bidang hortikultura yang sesuai dengan hobinya. “Sebagai anak petani, saya senang bercocok tanam,” ujar lulusan Teknik Mesin IKIP Negeri Semarang.

Isto, yang gemar membaca majalah pertanian ini, lantas melihat besarnya peluang untuk bertanam kelengkeng. “Waktu itu, saya berpikir kenapa masih banyak kelengkeng yang diimpor dari Thailand. Ini peluang pasar,” terang Isto yang akhirnya mengajukan permohonan pensiun dini pada 2009 lalu.

Pada 2004, berbekal uang tabungan dan pinjaman, Isto berangkat ke Thailand untuk berburu bibit, sekaligus mempelajari teknik pertanian di sana. Saat pulang, dia membawa 100 bibit kelengkeng terbaik untuk dikembangkan di Indonesia.

Kebiasaan berwirausaha sejak kuliah membentuk Isto menjadi pribadi yang jeli melihat peluang dan cepat mengambil keputusan. Yakin akan prospek kelengkeng yang cerah, dia menyewa lahan seluas 9.000 m² di kawasan Prambanan sebagai tempat budidaya.

Isto menanam benih kelengkeng yang dibelinya, sekaligus dibudidayakan. Selain sebagai lahan perkebunan, sejak awal, Isto punya rencana untuk menyulap lahan itu menjadi destinasi wisata. Maklum, dia sudah akrab dengan dunia pariwisata. karena BUMN tempatnya berkarya merupakan perusahaan pengelola Candi Borobudur dan Prambanan.

Isto pun menata kebunnya dengan rapi agar nyaman dan sedap dipandang. Isto juga memilih rumput, seperti rumput di padang golf, untuk menyelimuti kebunnya. Tak lupa, dia selalu berlaku ramah kepada setiap tamu yang datang. “Saya sadar akan pentingnya servis dalam bisnis ini,” kata dia.

Namun, kenyataan tak semulus rencana. Setahun pertama, Isto harus gigit jari, lantaran dia belum berhasil menjaring pe-ngunjung. “Pada 2004, saya tak ada penjualan sama sekali dari kebun saya,” ujar dia.

Liputan dari sebuah media lokal awal 2005 menjadi pembuka keran bagi bisnisnya. Sejak itu, Isto mulai dikenal sebagai pembudidaya kelengkeng pingpong yang berbuah lebat. Isto mengembangkan penanaman kelengkeng dalam pot (tambulampot) sebagai solusi lahan terbatas di perkotaan.

Di kebunnya, pohon kelengkeng itu bermutasi, hingga menghasilkan klengkeng kualitas super, yang sering disebutnya kelengkeng itoh. Permintaan benih kelengkeng terus mengalir ke kebunnya.

Untuk meraih kepercayaan, Isto tak meminta pembayaran langsung dari para pembeli bibit. “Meski sangat berisiko, saya ingin memuaskan konsumen dulu,” terang dia. Jadi, setelah pembeli menerima bibit dalam keadaan baik, baru pembayaran dikirimkan.

Keputusan itu tepat. Kepercayaan konsumen akan bibit kelengkeng hasil budidaya Telaga Nursery semakin tebal. Apalagi, setelah bibit sampai ke tangan pembeli, Isto terus menjalin komunikasi. Tak lupa, dia memberi sejumlah tip supaya tanaman berkembang dan lekas berbuah. “Saya rajin menanyakan perkembangan tanaman pada mereka,” kata Isto.

Tak berhenti pada kelengkeng itoh, Isto yang makin mahir bertani ini juga membudidayakan jenis kelengkeng lain, seperti kelengkeng aroma durian, kristal, dan bikyu. Ia meyakini pasar buah-buahan di Indonesia sangat besar. “Yang saya inginkan, negara ini bisa menyuplai kebutuhan buahnya sendiri, hingga tidak harus impor. Apalagi, kualitas tanah di Indonesia lebih bagus daripada kualitas tanah di Thailand,” jelas dia.

Tak heran, setelah kelengkeng, Isto terus mengembangkan budidaya tanaman buah lainnya, yakni, srikaya jumbo dan jambu kristal. Yang terbaru, Telaga Nursery membudiyakan jambu madu deli (jambu air).

Kini, saban bulan Telaga Nursery mampu membudidayakan hingga 3.000 bibit. Banderol harga berbagai bibit tanaman buah ini mulai Rp 30.000 hingga Rp 75.000 per pohon.

Pasar bibit Telaga Nursery tak terbatas di Pulau Jawa. Lantaran lokasi kebunnya dekat dengan bandara, Isto juga mengirimkan bibit tanaman buahnya ke luar Pulau Jawa. “Permintaan dari luar Jawa cukup banyak,” kata dia.

Tak hanya menggarap budidaya, Isto juga terus memperluas kebunnya. Luas kebun pembibitannya, saat ini, mencapai 1,2 hektare. Selain di Prambanan, dia juga menambah kebun kelengkeng di kawasan Borobudur, Magelang, dan Bandungan. Di dua kebun terakhirnya ini, Isto berkonsentrasi untuk memproduksi buah.

Sejak muda, jiwa yang ulet sudah melekat pada diri Isto Suwarno. Saat kuliah, untuk menambah uang sakunya, anak petani ini juga beternak ayam. Bahkan, saat bekerja, dia menjalani pekerjaan sampingan, yakni menjemput wisatawan asing dari penginapannya, dan mengantarkan para turis tersebut ke pentas Sendratari Ramayana di Candi Prambanan.

Isto bercerita, setiap bangun pagi, dia terbiasa menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukannya sepanjang hari itu. Tak heran, rencana bisnisnya juga terprogram dengan baik. Termasuk programnya untuk mengembangkan kelengkeng lokal, seperti pohon kelengkeng yang ada di Ambarawa. “Saya juga ingin nguri-uri kelengkeng lokal,” ujar dia.

Maklum, selain berbudidaya, Isto juga berhasil membuahkan pohon kelengkeng berusia tua yang lama tak berbuah.

Kini, di Telaga Nursery, selain tamu yang ingin melihat dan membeli bibit kelengkeng, Isto memberi pelatihan membudidayakan kelengkeng. Banyak pula mahasiswa pertanian dari berbagai daerah Indonesia yang praktik kerja lapangan atau magang di kebunnya.

Semuanya dibagikan Isto tanpa pungutan biaya. Ia menyadari pentingnya berbagi, karena Isto yakin, dengan semakin sering berbagi, rezeki yang datang akan semakin besar pula.

Dengan semangat, Isto bilang memang ingin membagikan ilmu bertaninya kepada orang lain. “Saya ingin anak-anak muda nanti tertarik untuk menjadi petani, karena pasar Indonesia sangat besar,” ujar dia.

Bahkan, Isto pun menarik salah satu anaknya, yang semula bekerja di bidang teknologi informasi, untuk membantunya mengelola kebun kelengkeng. “Saya sangat bersyukur dengan apa yang telah saya dapatkan dari kebun kelengkeng ini,” kata dia. (as/kontan)

Previous
Next Post »