-->
Iklan

Selasa, 12 Januari 2016

Pengakuan Pelajar Samarinda Yang Rela Menjadi Bispak Online


Seorang pekerja s-3ks yang ikut diamankan kepolisian bersama sang mucikari WWS (26) bernama NA (18) mengaku baru sebulan bekerja menjajakan diri bersama WWS.

Selama sebulan bergabung telah melayani kurang lebih enam pria hidung belang. Tak jarang, NA melayani nafsu pria hidung belang itu saat masih menggunakan seragam sekolah.



Bagi NA, terjun ke dunia prostitusi awalnya hanya ikut-ikutan teman. Saat itu dia butuh uang, begitu ada teman menawarkan cara mudah mendapatkan uang, NA pun tertarik.

"Saya awalnya hanya ikut teman. Tapi memang sebelumnya saya sudah tidak perawan lagi. Karena saya butuh uang, mau tidak mau saya ambil tawaran teman saya itu," tutur dara manis asli Samarinda itu, ditemui di panti sosial, Senin (11/1/2016)

Menariknya, pelanggan NA tidak hanya kalangan biasa. Dia menyebut sejumlah anggota dewan terhormat ikut "memakainya".

"Saya pernah dipakai sama anggota dewan dari Tenggarong. Pernah juga saya dibawa sampai ke Bontang dan Kutim, ya untuk melayani mereka saja," ujar NA seraya menundukkan kepalanya.

Dia pun mengaku sangat menyesal dengan tingkah lakunya selama ini. Terlebih lagi saat dijenguk ibunya di panti sosial. Air mata pun tak tertahankan lagi keluar dari matanya, dan tak henti-hentinya dia memohon maaf kepada ibunya.

"Menyesal saya, terlebih saat ibu saya datang dan menangis di hadapan saya. Sungguh saya merasa bersalah dengan kelakuan saya ini. Setelah keluar dari sini, saya akan berhenti dan tidak akan lagi terlibat dalam dunia kelam ini," ucap NA.

Sementara itu, RO (18) yang juga rekannya pekerja seks yang masih berstatus pelajar kelas XII SMA itu mengaku, pergaulan pelajar di Kota Samarinda sudah sangat bebas. Bahkan dia akui banyak temanya yang sudah tidak perawan lagi.

"Awalnya banyak yang main sama pacarnya dulu, setelah itu pasti cari kerjaan untuk dapat uang," tutur RO.

Dia mengakui, selama mendapatkan upah dari jasanya itu, uang yang diperoleh diberikan kepada orangtua dan neneknya. Sisanya baru ia gunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

"Uangnya untuk bantu orangtua, karena Bapak saya dipenjara, jadi saya yang bantu keluarga. Saya sadar jika pekerjaan ini tidak benar, tapi mau bagaimana lagi, sudah telanjur," tutupnya. (*)

Previous
Next Post »