-->
Iklan

Minggu, 03 Juli 2016

Terkadang Allah Hanya Ingin Mempertemukan Dua Insan, Bukan Menyatukannya.

Seperti sebuah lirik lagu bahwa ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta. Kita tak tak pernah tahu kapan cinta itu akan datang, kapan cinta itu akan mengisi dan tumbuh di hati kita. Rasanya tiba-tiba kita mulai merasakan kebahagiaan sejak ada hadirnya. Kita merasakan kenyamanan ketika sedang bersamanya. Hingga kita pun merasa sangat beruntung tat kala bisa melihat senyumnya. Mungkin itu lah masa-masa bahagia saat kita tengah di datangi rasa cinta. Membuat kita seolah lupa akan masalah hidup yang begitu banyaknya. Membuat kita merasa beruntung telah diberikan kehidupan dengan berjumpa dengannya.

Kita tak pernah mengira bisa bertemu dengan dia, sosok yang tak pernah kita jumpa sebelumnya. Bahkan dia berasal dari tempat yang tak kita kenal sebelum bertanya-tanya. Hingga Allah mempertemukan kita dengannnya di suatu tempat, suatu momen, atau suatu apapun yang akhirnya membuat kita bisa jadi berteman dengan dia. Itu hanya awalnya, hingga lambat laun entah kapan kita mulai memperhatikannnya dan akhirnya menjadi mengagumi sosoknya. Dia telah menjadi sosok idola bagi hati kita, yang sering kali memunculkan harapan-harapan tentang dirinya di masa depan. Awalnya tak berani, namun kita coba meyakinkan diri. Bahwa memang tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Kuasa Allah sungguh sangat besar untuk memungkinkan segala sesuatu terjadi.
“Aku telah mengharapkanmu, namun kau tak tahu itu.”
Tak semua orang bisa mengungkapkan perasaan dengan begitu mudahnya. Tak semua orang yang bisa menahan malu dan sungkan untuk mengutarakan hatinya. Kemudian, terkadang walau sudah diungkapkan dengan berbagai perhatian. Ternyata tak semua orang pula yang peka terhadap isi hati. Tak semua orang dengan mudah bisa mengerti apa arti dari semua perhatian yang telah kita beri.
Cinta bagi seseorang yang telah beranjak dewasa tentu bukan semudah anak remaja yang dengan percaya dirinya merayu dengan berkata “Aku Cinta Padamu”. Karena kita tahu bahwa cinta tak sesingkat kalimat itu. Dia pun mungkin hanya akan tersenyum dan berbalik arah jika kita hanya berkata sedemikian itu. Menganggapnya sebagai sebuah candaan gombal yang tak berarti apa-apa. Kita pun mengerti bahwa kita memang butuh keseriusan, jika kita ingin mendapatkan hatinya. Namun tak semua orang yang dengan cepat bisa menyiapkan diri untuk menyatukan dua hati.
“Aku sebenarnya ingin bersamamu, namun aku belum punya cukup bekal tuk mengajakmu bersamaku.”
Ada dari kita yang meberanikan diri untuk berterus terang dan mengungkapkan semua perasaan kepada sosok yang dicintai. Walau belum siap tuk menikah, kita mencoba meyakinkan dirinya bahwa kita tengah berusaha sekeras mungkin untuk segera bersanding dengannya. Dengan berbagai alasan dan argumen kita mencoba membuat ia percaya bahwa kita itu pantas untuk ditunggu olehnya. Ada pula dari kita yang berdiam menyembunyikan isi hati. Hanya berharap bahwa si dia tak akan di miliki oleh orang lain sebelum kita datang menjemputnya. Kita mencintai dalam diam perhatian, berharap akan datang kesempatan bagi kita memiliki sosok yang sitimewa itu. Tanpa banyak merayu tanpa banyak berjanji, namun seketika mengajaknya bersanding dengan kemapanan diri.
Seiring hadirnya bayangan tentang dirinya di fikiran kita, mungkin kita jadi berfikir lebih dalam kenapa Allah mempertemukan dirinya di kehidupan kita. Kita yang terlanjur mencintainya, seolah bertanya-tanya pada diri kita sendiri.
“Apakah aku salah jika aku mencintaimu. Bukankah ini hak semua orang?”
Memang tak ada salahnya kita merasakan cinta, tak ada salahnya kita mencintai seseorang. Bahkan cinta itu sebenarnya adalah suatu karunia, sebuah keindahan yang niscaya bisa membuat kita bahagia. Namun kadang keindahan itu justru tak membuat kita bahagia, bahkan hingga kita dibuatnya sedih sepi ataupun menangis. Hal itu karena mungkin kita sendiri yang salah memperlakukan cinta itu, salah menempatkannya atau terlalu tergesa-gesa memberikannya kepada seseorang.
Lambat laun orang yang kita cintai itu pergi ataupun jadi jauh.  Entah ia sengaja pergi dan menjauh. Bisa juga karena momen kebersamaan yang terpaksa dipisahkan karena perbedaan kepentingan diantara kita dengan dia. Dia yang punya tujuan lain dan kita pun lain pula. Sedih rasanya harus berpisah dengan dia.
“Mengapa ada perpisahan denganmu, setelah tumbuh rasa cinta di hatiku padamu?”
 Memang orang-orang yang kita temui di suatu tempat, maka dia niscaya akan kembali ke tempatnya masing-masing. Atau ia pergi ke tempat yang selama ini akan ia tuju. Sayangnya, ternyata tempat ia kembali itu berbeda dengan tempat yang kita tuju. Kita akhirnya menyadari, bahwa jika tak ingin berpisah dengan dia maka kita harus dapatkan dia.
Jika mengajaknya menikah adalah seperti terlalu cepat. Seolah memaksakan waktu tuk mencegah ia pergi. Seolah menghentikan waktu tuk bisa tetap bersamanya. Karena memang kita tak bisa memaksa seseorang tuk segera menikah dengan kita. Namun jika tidak demikian, mungkin kita hanya bisa menggantung harapan kita di langit. Berharap dengan lantunan doa-doa agar kita bisa berjodoh dengannya. Namun kita menyadari bahwa itu saja tak cukup, kita justru semakin khawatir jika sewaktu-waktu dia akan dipinang orang. Meminta dia untuk menunggu kita tanpa kejelsasan, itu pun seolah seperti seorang PHP yang mengumbar janji. Dia sewaktu-waktu bisa jatuh sepi karena terlalu lama menunggu.
Akhirnya kita pun bisa memastikan, jika kita serius mendapatkannya maka niscaya kita akan mendapatkannya. Jika ia jodoh kita, ia pun tak akan pergi kemana. Jika ia mau menunggu kita, ia pun akan jadi penunggu cinta yang setia. Jika kita tak ingin ia menunggu, mungkin kita bisa memastikannya segera. Namun, jika disuatu hari kita mendengar bahwa ia akhirnya memberikan hatinya pada orang lain. Kita pun harus meredam semua kesedihan dan kepedihan cinta yang tak sampai. Karena itu lah pilihannya, dan itulah jodohnya. Karena kita harus menyadari, mungkin selama ini Allah hanya mempertemukan kita dengannya. Kita ditakdirkan bukan untuk dipersatukan menjadi jodohnya.
“Terima kasih atas cinta yang tercipta, ternyata aku memang bukan jodohmu. Aku bahagia, walau selama ini ternyata aku salah menempatkannya. Semoga kau bahagia."

Previous
Next Post »