-->
Iklan

Selasa, 11 Oktober 2016

Hilangkan Sifat Baper, Tunjukan Sifat Super




JAUH sebelum orang tua kita hidup, masyarakat Indonesia terkenal dengan kegigihan dalam bekerja, pantang putus asa dalam berusaha, dan tidak mengenal kata cengeng.

Jauh dari masa lalu, mereka hidup serba sederhana, bersahaja. Tidak ada yang memfasilitasi di setiap pekerjaannya. Pergi mencari nafkah dengan kaki telanjang, tahu-tahu pulang—pincang. Berangkat pagi menebar senyum indah—pulangnya malam moga-moga saja membawa barakah. Tidak kenal handphone—walau hidup terasa monoton—tapi pola pikir tidak beloon. Itulah orang tua kita. Catat!

Lalu setelah dunia mengalami fase pergeseran makna, semua berubah total. Yang tadinya pekerja keras—sekarang amat malas. Yang dulunya pantang putus asa, jauh sebelum Indonesia merdeka—malah setelah merdeka—sedikit berusaha dan banyak menyusahkan ke dua orang tua. Mayoritas anak zaman dahulu lebih super-super—ketimbang anak zaman sekarang terlalu ‘baper’. Begitulah cuplikan hidup masyarakat modern. Catat!

Dampak era globalisasi di zaman modern kini juga mempengaruhi kejiwaan masyarakat Indonesia. Berapa banyak pemuda-pemudi yang diperbudak oleh budaya asing? Jiwanya sudah terkontaminasi dengan budaya Barat, dari tontonan film misalnya. Coba bandingkan saja orang yang sering menonton film Korea sama yang jarang atau tidak pernah sekalipun, jauh sangat berbeda, bukan? Perbedaan inilah yang terus menular sampai ke anak-cucu kita di masa depan—justru menghancurkan baja kesuperan mentalnya—dan melahirkan generasi yang berjiwa baper—pemuda-pemudi yang cengeng, sedikit berusaha, dan akhirnya menyerah di tengah jalan.

Belum lagi kemelut anak zaman sekarang tentang suatu alat canggih, smartphone (gadget). Semakin maju, modern zaman, semakin banyak pula yang dilupakan bahkan ditinggalkan.


Memang patut disyukuri bila hidup pada zaman modern yang serba canggih ini. Namun kan penganalogian juga mesti seimbang, antara fasilitas dan prestasitas. Semakin bagus fasilitas yang disediakan—justru seharusnya menghasilkan prestasi yang membanggakan. Jangan terbalik.

Oleh karena itu, pandai-pandailah menjaga diri dari pengaruh ‘Media Sosial’, mencakup seluruh bidangnya. Juga bekali diri dengan filter, agar terhindar dari kedangkalan-kedangkalan tersebut.[]

Previous
Next Post »