Sedih pastinya ketika pria yang kita cintai malah merendahkan kita karena kekurangan fisik yang kita punya. Tapi hal itu tak perlu diratapi. Karena pria sejati akan menerima kita apa adanya, bukannya yang sok menghakimi kita karena satu dan lain hal. Seperti kisah yang dialami salah satu sahabat Vemale ini untuk Lomba Menulis #MyBodyMyPride.
***
Dear Vemale,
Lewat tulisan ini, saya ingin membagikan kisah yang saya alami setahun yang lalu. Tahun 2015, saya memutuskan untuk merantau ke kota Batam. Di sana, saya bertemu dengan seseorang yang saya pikir adalah belahan jiwa saya.
Awalnya, saya bukanlah tipe orang yang percaya dengan istilah First Love at First Sight. Tapi begitu mengenal pria ini, segala keyakinan saya saat itu terpatahkan. Ya, pertama kali melihatnya, saya merasa seperti sudah lama sekali mengenalnya. Dia memiliki wajah yang tampan dan senyum yang menawan. Saat itu, bukan hanya saya saja yang menyukainya, tapi juga gadis-gadis yang lain, termasuk teman saya sendiri.
Dulu, saya selalu merasa percaya diri menghadapi pria manapun. Boleh dibilang, saya suka bermain-main dengan perasaan mereka. Tapi begitu berhadapan dengan yang ini, tak tahu kemana menghilangnya kepercayaan diri saya yang dulu. Awalnya, saya pikir mustahil bisa mendekatinya, di mana saya juga harus bersaing dengan teman saya sendiri.
Tetapi, seiring berjalannya waktu, karena beberapa alasan kami menjadi sering bertemu. Setelah kenal beberapa bulan dan merasa cukup dekat, dia mengajak saya kencan. Bisa dibayangkan betapa bahagianya saya saat itu? Sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata paling puitis sekalipun. Terlebih, mengetahui fakta bahwa saya adalah pemenang di hatinya. Bukan gadis-gadis lain yang juga menggilainya.
Di awal-awal hubungan kami, semuanya terasa amat manis. Saya hampir tidak menemukan cela dalam dirinya. Mungkin demikian juga dengannya. Hingga melewati waktu lebih dari empat bulan, berbagai fakta pun terkuak.
Dia yang awalnya suka menyanjung dan memuji saya, berubah menjadi sebaliknya. Mulai suka komplain, dari cara saya berbicara hingga warna kulit saya. Saya memang tidak suka berpura-pura ataupun jaga image, termasuk di depan orang yang saya sayangi. Saya suka berbicara apa adanya. Mungkin cara saya yang ceplas ceplos membuat dia tidak nyaman. Saya juga tidak seperti orang Chinese kebanyakan yang memiliki kulit putih mulus terawat. Kulit saya lebih cenderung kuning kecoklatan.
Saya yang awalnya dengan sejuta kelebihan, perlahan-lahan berubah menjadi sejuta kekurangan di matanya. Yang paling menyakitkan, belakangan saya tahu apa penyebab dari perubahannya tersebut. Ternyata, di belakang saya, dia memiliki kekasih baru. Sungguh sangat menyakitkan memang. Sejak saat itu, perlahan tapi pasti, saya memilih untuk pergi sejauh-jauhnya dari kehidupan dia.
Untuk beberapa saat, saya merasa begitu tidak berharga dan terpuruk sedalam-dalamnya. Rasanya langit runtuh menimpa kepala saya. Sulit bagi saya untuk mempercayai semuanya. Tetapi, itulah kenyataan yang harus saya hadapi saat itu. Karena beberapa alasan, saya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman saya di Bangka Belitung. Meskipun dengan setengah terpaksa, saya memutuskan untuk melanjutkan kehidupan saya yang baru di tanah kelahiran saya. Awalnya terasa sulit, lambat laun saya mulai terbiasa. Terlebih, saya mulai disibukkan dengan pekerjaan yang baru.
Tak lama, saya dipertemukan dengan seseorang yang bisa menerima saya apa adanya. Dia mencintai segala kelebihan dan kekurangan saya. Dan yang paling penting, dia memberikan hatinya utuh untuk saya. Dia yang selalu bilang bahwa penampilan fisik bukanlah segala-galanya, karena ada yang jauh lebih penting dibandingkan itu semua, yaitu inner beauty. Ya, saya merasa sangat beruntung bisa mengenalnya dalam kehidupan sekarang ini.
Ladies, apapun dan bagaimanapun kondisi fisik kalian, percayalah bahwa kalian pantas untuk dicintai. Nobody is perfect in this world, but a perfect lover will make it.
Bangka Belitung, 15 Oktober 2016
Warm Regards,
Y. Yunita
Vemale.com